Sobat Bookletku.com Siswa merupakan subjek pendidikan, yang didalam dirinya terdapat bakat, minat, kemampuan dan motivasi yang berbeda-beda. Oleh sebab itulah siswa sering kali disebut sebagai makhluk yang unik. Karena keunikan itulah maka proses pendidikan sangatlah kompleks dan memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan pendidikan. Dalam proses pendidikan terdapat tiga tahap perkembangan yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik. Adapun tahapan perkembangan terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik adalah perkembangan yang berkaitan dengan perubahan otot dan gerakan-gerakan fisik. Terjadi perubahan fisik yang luar biasa pada anak menjelang usia remaja, yakni antara dua-tiga belas tahun hingga pada usia dua puluh satu-dua puluh dua tahun. Pada saat ini, perkembangan fisik anak akan semakin matang. Perkembangan motorik anak berkembang dari mulai gerakan –gerakan yang muncul secara ilmiah, kemudian gerakan menirukan sesuatu dan gerakan koordinasi antara gerakan fisik dan mental.
Ada tiga faktor penting yang dapat mempengaruhi kemampuan motorik anak atau perkembangan motor skills anak yang dapat diupayakan oleh orang lain diluar dirinya, misalnya orang tua dan guru, yaitu 1) pertumbuhan dan perkembanga sistem saraf. 2) pertumbuhan otot-otot,dan 3) perubahan struktur jasmani. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan motorik anak adalah perubahan struktur fisik anak, maka akan semakin sempurna fisik anak, misalnya tinggi badan, bobot serta proporsi atau perbandingan struktur tubuh
Perkembangan motorik adalah perkembangan yang berkaitan dengan perubahan otot dan gerakan-gerakan fisik. Terjadi perubahan fisik yang luar biasa pada anak menjelang usia remaja, yakni antara dua-tiga belas tahun hingga pada usia dua puluh satu-dua puluh dua tahun. Pada saat ini, perkembangan fisik anak akan semakin matang. Perkembangan motorik anak berkembang dari mulai gerakan –gerakan yang muncul secara ilmiah, kemudian gerakan menirukan sesuatu dan gerakan koordinasi antara gerakan fisik dan mental.
Ada tiga faktor penting yang dapat mempengaruhi kemampuan motorik anak atau perkembangan motor skills anak yang dapat diupayakan oleh orang lain diluar dirinya, misalnya orang tua dan guru, yaitu 1) pertumbuhan dan perkembanga sistem saraf. 2) pertumbuhan otot-otot,dan 3) perubahan struktur jasmani. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan motorik anak adalah perubahan struktur fisik anak, maka akan semakin sempurna fisik anak, misalnya tinggi badan, bobot serta proporsi atau perbandingan struktur tubuh
Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif adalah perkembangan yang berkenaan dengan perilaku mental seseorang yang meliputi pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, dan pemecahan masalah.
Perubahan kognitif yaitu perkembangan yang terjadi pada intelegensi seseorang, dengan adanya perkembangan intelegensi seseorang dapat memiliki pemahaman yang semakin mendalam dan pengetahuan yang luas. Pendidik sebagai orang yang membimbing anak didik dalam kegiatan belajar harus memperhatikan perkembngan kognitif (intelegensi) anak, agar pembelajaran yang diberikan sesuai dengan tingkatan intelegensi anak. Perkembangan intelegensi anak sangat dipengaruhi oleh tingkatan umur. Tiap tingkatan umur akan memiliki tingkatan itelegensi yang berbeda.
Untuk memahami perkembngan kognitif siswa, salah satu teori yang banyak digunakn adalah seperti yang dikemukakan oleh Piaget adalah kemampuan kognitif merupakan suatua yang fundamental yang mengarahkan dan memimbimg perilaku anak. Ada dua konsep yang perlu diketahui untuk memahami teori perkembngan kognitif dari piaget, yaitu konsep tentang fungsi dan konsep tentang struktur. Fungsi merupakan mekanisme biologis bawaan yang sama untuk setiap orang. Tujuannya adalah untuk menyusun struktur kognitif internal. Sedangkan, struktur merupakan seperangkat keterampilan, pola-pola kegiatan yang fleksibel yang digunakan untuk memahami lingkungan.
Menurut Piaget, perkembngan kognitif setiap individu berlansung dalam bebrapa tahapan-tahapan tertentu. Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari atas 4 fase, yaitu:
Perkembangan kognitif adalah perkembangan yang berkenaan dengan perilaku mental seseorang yang meliputi pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, dan pemecahan masalah.
Perubahan kognitif yaitu perkembangan yang terjadi pada intelegensi seseorang, dengan adanya perkembangan intelegensi seseorang dapat memiliki pemahaman yang semakin mendalam dan pengetahuan yang luas. Pendidik sebagai orang yang membimbing anak didik dalam kegiatan belajar harus memperhatikan perkembngan kognitif (intelegensi) anak, agar pembelajaran yang diberikan sesuai dengan tingkatan intelegensi anak. Perkembangan intelegensi anak sangat dipengaruhi oleh tingkatan umur. Tiap tingkatan umur akan memiliki tingkatan itelegensi yang berbeda.
Untuk memahami perkembngan kognitif siswa, salah satu teori yang banyak digunakn adalah seperti yang dikemukakan oleh Piaget adalah kemampuan kognitif merupakan suatua yang fundamental yang mengarahkan dan memimbimg perilaku anak. Ada dua konsep yang perlu diketahui untuk memahami teori perkembngan kognitif dari piaget, yaitu konsep tentang fungsi dan konsep tentang struktur. Fungsi merupakan mekanisme biologis bawaan yang sama untuk setiap orang. Tujuannya adalah untuk menyusun struktur kognitif internal. Sedangkan, struktur merupakan seperangkat keterampilan, pola-pola kegiatan yang fleksibel yang digunakan untuk memahami lingkungan.
Menurut Piaget, perkembngan kognitif setiap individu berlansung dalam bebrapa tahapan-tahapan tertentu. Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari atas 4 fase, yaitu:
- Sensori motor berkembang dari 0-2 tahun. Piaget percaya, selama dua tahun pertama kehidupan kita, fokus utama kita tertuju pada sensasi fisik dan belajar mengkoordinasikan tubuh kita. Kita belajar bahwa tindakan tertentu mempunyai pengaruh khusus. Itulah sebabnya bayi merasa terpesona ketika menyadari bahwa dirinya bisa menggerakkan anggota-anggota badannya, lalu berlanjut dengan benda-benda lain. Selama tahun kedua kehidupannya, bayi sengaja bereksperimen dengan berbagai tindakan untuk mengetahui pengaruhnya. Anak pada periode ini belajar cara mengikuti dunia kebendaan secara praktis dan belajar menimbulkan efek tertentu tanpa memahami hal yang sedang ia perbuat kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatan diatas. Selanjutnya, bayi dibawah umur 18 bulan belum memiliki pengenalan object permanence. Artinya, benda apapun yang ia tidak lihat, tidak ia sentuh, atau tidak ia dengar selalu dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda itu ada di tempat lain. Namun, dalam rentang usia antara 18 - 24 bulan barulah kemampuan mengenali object permanence anak tersebut muncul secara bertahap dan sistematis sehingga, benda-benda mainan dan orang-orang yang biasa berada disekitarnya (seperti ibu dan pengasuhnya) akan ia cari dengan sungguh-sungguh bila ia memerlukannya.
- Pra-operasional, mulai dari 2-7 tahun. Tahap Perkembangan ini menurut Piaget ditandai dengan beberapa ciri. pertama, bermula pada adanya kesadaran dalam diri anak tentang suatu objek. Kedua, pada fase ini kemampuan anak dalam berbahasa mulai berkembang. Hal ini tentunya membuat pemikiran anak lebih didasarkan pada pemikiran lambang yang menggunakan bahasa daripada sensasi fisik, tetapi anak belum banyak mengerti tentang aturan logika (karena itulah diebut pra-operasional ). Ketiga, fase pra-operasional ini dinamakan juga fase intuisi, sebab pada masa ini manusia mulai mengetahui perbedaan antara objek-objek sebagai suatu bagian dari individu atau kelasnya. Empat, pandangan terhadap dunia pada fase ini bersifat “animistic” artinya, bahwa segala sesuatu yang bergerak di dunia ini adalah “hidup”. Kelima, pada fase ini pengamatan dan pemahaman anak terhadap situasi lingkungan sangat dipengaruhi oleh sifatnya yang “egocentric”.
- Operasional konkret, berkembang deri 7-11 tahun. Piaget melontarkan istilah concrete-operations (operasi-konkret) untuk mendeskripsikan tahap berpikir “hands-on” (konkret; melibatkan sentuhan fisik secara langsung), karateristik dasar tahap ini adalah pengenalan stabilitas logis dunia fisik, kesadaran bahwa elemen-elemen dapat diubah atau ditransformasikan dan masih mempertahankan banyak diantara karakteristik orisinilnya, dan pemahaman bahwa perubahan-perubahan ini dapat dibalik. Dalam periode konkret-operasional yang berlangsung hingga usia menjelang remaja, anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri.
Kemampuan kognitif yang dimiliki anak pada fase ini meliputi:
- Conservation (konservasi/pengekalan). Maksudnya kemampuan anak dalam memahami aspek-aspek kumulatif materi sepertil; volume dan jumlah. Anak yang mampu mengenali sifat kuantitatif benda tersebut tidak akan berubah secara sembarangan. Contoh, air dalam suatu wadah tidak akan berkurang atau bertambah walaupun dipindahkan kedalam tempat yang lebih besar atau kecil.
- Addition of classes (pertambahan golongan benda). Maksudnya kemampuan anak dalam memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang dianggap berkelas lebih rendah, seperti mawar, melati , dan menghubungkannya ke kelas yang lebih tinggi, seperti bunga.
- Multiplication of classes (pelipatgandaan golongan benda). Maksudnya kemampuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara mempertahankan dimensi-dimensi benda (seperti warna dan tipe bunga) untuk membentuk gabungan golongan benda (seperti mawar merah, mawar putih). Berdasarkan hasil eksperimennya, Piaget menyimpulkan bahwa pemahaman terhadap aspek kuantitatif materi, penambahan golongan benda, dan pelipatgandaan golongan benda merupakan ciri khas perkembangan kognitif anak usia 7-11 tahun. Hal tersebut diiringi dengan berkurangnya egosentrisme anak. Artinya anak sudah mulai memiliki kemampuan mengkoordinasikan pandangan orang lain dengan pandangannya sendiri, dan memiliki presepsi positif bahwa pandangannya hanyalah salah satu dari sekian banyak pandangan orang lain.
- Operasional formal,yang dimulai dari 11 sampai dengan 14 tahun keatas.. Maksudnya Anak yang sudah menjelang atau sudah menginjak masa remaja akan dapat mengatasi masalah keterbatasan pemikiran konkret–operasional. Dalam perkembangan kognitif tahap akhir ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan, dua ragam kemampuan kognitif,yakni :
- Kapasitas menggunakan hipotesis ; remaja mampu berpikir hipotesis, yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang ia respons.
- Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip dasar; remaja akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak seperti ilmu agama, ilmu matematika, dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas dan lebih mendalam.
Dua macam kapasitas kognitif yang sangat berpengaruh terhadap kualitas skema kognitif itu tentu telah dimiliki pula oleh orang-orang dewasa. Oleh karenanya, seorang remaja pelajar yang telah berhasil menempuh proses perkembangan formal-operasional secara kognitif dapat dianggap telah mulai dewasa.
Perkembangan sosial dan moral
Perkembangan sosial dan moral siswa merupakan aspek penting yang harus dipahami oleh setiap perancang pembelajaran. Hal ini disebabkan pengembangan aspek sosial dan moral adalah dasar dalam proses pendidikan. Keberhasilan pengembangan sosial dan moral siswa disekolah akan sangat tergantung pada kemampuan guru membangun sistem sosial pada setiap siswa.
Menurut Piaget ada dua tahap perkembangan moral anak. Pertama tahap hetoronomous morality yang berlangsung dari kira-kira usia empat sampai tujuh tahun. Pada tahap ini, keadilan dan aturan dianggap sebagai bagian dari dunia yang tidak bisa diubah dan tidak bisa dikontrol oleh orang. Karena aturan adalah sesuatu yang mengikat dan mutlak yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Tahap kedua adalah tahap autonomous, yang berlangsung sejak usia sepuluh tahun atau lebih. Pada tahap ini, anak menganggap bahwa aturan itu adalah buatan manusia dan bahwa menilai suatu perbuatan niat si pelaku harus dipikirkan, oleh sebab itu tidak semua pelanggaran aturan ada konsekuensi hukuman. Pada masa tujuh sampai sepuluh tahun ini Piaget menanamkannya sebagai masa transisi, oleh karena itu dua ciri tahapan akan mewarnai perilaku moral anak.
Perkembangan sosial dan moral siswa merupakan aspek penting yang harus dipahami oleh setiap perancang pembelajaran. Hal ini disebabkan pengembangan aspek sosial dan moral adalah dasar dalam proses pendidikan. Keberhasilan pengembangan sosial dan moral siswa disekolah akan sangat tergantung pada kemampuan guru membangun sistem sosial pada setiap siswa.
Menurut Piaget ada dua tahap perkembangan moral anak. Pertama tahap hetoronomous morality yang berlangsung dari kira-kira usia empat sampai tujuh tahun. Pada tahap ini, keadilan dan aturan dianggap sebagai bagian dari dunia yang tidak bisa diubah dan tidak bisa dikontrol oleh orang. Karena aturan adalah sesuatu yang mengikat dan mutlak yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar. Tahap kedua adalah tahap autonomous, yang berlangsung sejak usia sepuluh tahun atau lebih. Pada tahap ini, anak menganggap bahwa aturan itu adalah buatan manusia dan bahwa menilai suatu perbuatan niat si pelaku harus dipikirkan, oleh sebab itu tidak semua pelanggaran aturan ada konsekuensi hukuman. Pada masa tujuh sampai sepuluh tahun ini Piaget menanamkannya sebagai masa transisi, oleh karena itu dua ciri tahapan akan mewarnai perilaku moral anak.
0 comments:
Post a Comment