Muhammad Iqbal berasal dari dari keluarga golongan menengah di Punjab dan lahir Sialkot pada tahun 1876. Untuk meneruskan studi ia kemudian pergih ke Lahore dan belajar di sana sampai ia memperoleh gelar kesarjanaan M.A. Di kota itulah ia perkenalan dengan Thomas Arnold, seorang orientalis, yang menurut keterangan, mendorong pemuda Iqbal untuk melanjutkan studi di Inggris. Di tahun 1905 ia pergih ke negara ini dan masuk ke Universitas Cambridge untuk mempelajari filsasat. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich di Jerman, dan di sinilah ia memperoleh gelar Ph..D. dalam tasawuf. Tesis doktoral yang dikemukakannya judul : The Development of metaphysics in persia (perkembangan metafisika di persia)
Pada tahun 1908 ia berada kembali di Lahore dan disamping pekerjaannya sebagai pengacara ia menjadi dosen Filsafat. Bukunya The Reconstruction of Religious in Islam adalah hasil ceramah-ceramah yang diberikannya di beberapa universitas di India. Kemudian ia memasuki bidang politik dan ditahun 1930 dipilih menjadi presiden Liga Muslimin. Di dalam perundingan Meja Bundar di London ia turut dua kali mengambil bagian. Ia juga menghadiri konferensi Islam yang diiadakan di Yerusalem. Ditahun 1933 ia diundang ke Afghanistan untuk membicarakan pembentukan Universitas Kabul. Dalam usia 62 tahun ia meninggal di tahun 1938.
Berbeda dengan pembaharuan-pembaharuan lain, Muhammad Iqbal adalah penyair dan filosof. Tetapi pemikirannya mengenai kemunduran dan kemajuan umat Islam mempunyai pengaruh pada gerakan pembaharuan dalam islam. Sama dengan pembaharuan-pembaharuan lain, ia berpendapat bahwa kemnunduran umat Islam selam 500 tahun terakhir disebabkan oleh kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai kepada keadaan statis. Kaum konservatif dalam Islam berpendapat bahwa rasionalisme yang ditimbulkan golongan Muktazilah akan membawa kepada disentegrasi dan dengan demikian berbahaya bagi kestabilan Islam sebgai kesatuan politik. Untuk memelihara kesatuan itu kaum konservatif tersebut lari kesyariat sebagai alat yang ampuh untuk membuat umat tunduk dan diam.
Sebab lain terletak pada pengaruh zuhud yang terdapat dalam ajaran tasawuf. Menurut tasawuf yang mementingkan zuhud, perhatian harus dipusatkan kepada tuhan dan apa yang berada dibalik alam materi. Hal itu akhirnya membawa kepada keadaan umat kurang mementingkan soal kemasyarakatan dalam Islam.
Sebab terutama ialah hancurnya Baghdad sebagi pusat kemajuan pemikiran umat Islam dipertengahan abah ke-13. Untuk mengelakkan disentregasi yang lebih mendalam kaum konservatif melihat bahwa perlu diusahakan dan dipertahankan keseragaman hidup sosial dari seluruh umat. Untuk itu mereka menolak segala pembaharuan dalam bidang syariat dan berpegang teguh pada hukum-hukum yang telah ditentukan ulama terdahulu. Pintu ijtihad mereka tutup
Hukum dalam Islam sebenarnya, demikian Iqbal, tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pintu ijtihad tidak pernah ditutup. Yang pertama berontak terhadap pendapat bahwa keempat mazhab telah membahas segala persoalan secara final dan dengan demikian ijtihad tidak diperlukan lagi, adalah Ibnu Taimiyah yang lahir pada tahun 1263, yaitu lima tahun sesudah jatuhnya Baghdad. Pendapat bahwa pintu ijtihad tidak tertutup dianut kemudian oleh Muhammad Abdul Wahab. Pada zaman modern, ijtihad telah semenjak lama dijalankan di Turki. Diantara semua negara Islam, barulah umat Islam Turki yang melepaskan diri dari belenggu dokmatisme. Baru bangsa Turkilah yang mempergunakan hak kebebasan berfikir yang terdapat dalam Islam.
Islam, pada hakikatnya mengajarkan dinamisme demikian pendapat Iqbal. Al Quran senantiasa menganjurkan pemakaian akal terhadap ayat atau tanda yang terdapat dalam alam seperti matahari, bulan, pertukaran siang menjadimalam dan sebagainya. Orang yang tidak perduli dan tidak memperhatikan tanda-tanda itu akan tinggal buta terhadap masa yang akan datang. Konsep Islam mengenai alam adalah dinamis dan senantiasa berkembang. Kemajuan serta kemunduran dibuat Tuhan silih berganti diantara bangsa-bangsa yang mendiami bumi ini. Ini mengandung arti dinamisme.
Islam menolak konsep lama yang mengatakan bahwa alam ini bersifat statis. Islam mempertahankan konsep dinamisme dan mengakui adanya gerak dan perubahan dalam hidup sosial manusia. Dan prinsip yang dipakai dalam soal gerak dan perubahan itu ialah ijtihad. Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaharuan dalam Islam.
Paham dinamisme Islam yang ditonjolkan inilah yang membuat Iqnal mempunyai kedudukan penting dalam pembaharuan di India. Dalam syair-syairnya ia mendorong umat Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam. Inti sari hidup adalah gerak, sedang hukum hidup ialah menciptakan, maka Iqbal beseru kepada umat Islam supaya bergerak dan menciptakan dunia baru. Begitu tinggi ia menghargai gerak sehingga ia menyebut bahwa kafir yang aktif lebih baik dari pada muslim yang suka tidur.
Dalam pembaharuannya tidak berpendapat bahwa baratlah yang harus dijadikan sebagai model. Kapitalisme dan imperialisme barat tak dapat diterimanya. Barat menurut penilaiannya amat banyak dipengaruhi oleh materialisme dan telah mulai meninggalkan Agama. Yang harus diambil umat Islam dari barat hanyalah ilmu pengetahuannya.
Kalau kapitalisme ia tolak, sosialisme barat dapat ia terima. Ia bersikap simpatik terhadap gerakan sosialisme dibarat dan di Rusia. Antara Islam dan sosialisme ia lihat ada persamaan. Dan hubungan ini ia pernah mengatakan “karena Bolsyevisme tambah Tuhan hampi identik dengan Islam, maka saya tidak terperanjat kalausuatu ketika Islam menelan Rusia atau sebaliknya Rusia menelan Islam”. Iqbal tidak begitu saja mau menerima apa yang datang dari barat.
Didalam riwayat hidupnya telah disinggung menjadi presiden liga Muslimin di tahun 1930. Dalam hubungan ini baik disebut bahwa sebelum pergi ke Eropa ia sebenarnya adalah seorang nasionalis India. Dalam syair-syairnya ia menyongkong kesatuan dan kemerdekaan India, dan mengajurkan persatuan umat Islam dan Hindu ditanah air India.
Tetapi kemudian ia berubah pandangannya. Nasionalisme ia tentang karena dalam nasionalisme seperti ia jumpai di Eropa, ia melihat bibit materialisme ateisme dan keduanya merupakan ancaman besar bagi prikemanusiaan. Nasionalisme India yang mencakup muslim dan Hindu adalah ide yang bagus, tetapi sulit sekali untuk dapat diwujudkan. Ia curiga bahwa dibelakang nasionalisme India terletak konsep Hinduisme dalam bentuk baru.
Di India terdapat dua umat besar, demikian Iqbal, dan dalam pelaksanaan demokrasi barat di India, kenyataan ini harus diperhatikan. Tuntutan umat Islam untuk memperoleh pemerintahan sendiri, didalam atau diluar kerajaan Inggris, ada tuntutan yang wajar. India pada hakikatnya tersusun dari dua bangsa, bangsa Islam dan bangsa Hindu. umat Islam India harus menuju pada pembentukkan negara tersendiri terpisah dari negara Hindu di India.
Tujuan pembentukan negara tersendiri ini ia tegaskan dalam rapat tahunan liga muslimin di tahun 1930. “Saya ingin melihat Punjab, daerah perbatasan utara, Sindi dan Balukistan, bergabung menjadi satu Negara”. Disinilah ide dan tujuan membentuk negara tersendiri diumumkan secara resmi dan kemudian menjadi tujuan perjuangan nasional umat islam India. Tidak mengherankan kalau Iqbal dipandang sebagai “ Bapak Pakistan”. Tugas Jinnah ialah mewujudkan cita-cita negara pakistan menjadi kenyataan. Nama “Pakistan” sendiri menurutsuatu sumber berasal dari seorang mahasiswa Islam India di London bernama Khaudri Rahmat Ali, huruf “P” ia ambil dari Punjab,”a” dari Afghan, “k” dari Kashmir, “s” dari Sindi dan “tan” dari Balukistan. Menurut sumberlain nama itu berasal dari kata persia “Pak” yang berarti suci dan “stan” yang berarti negara.
Ide Iqbal bahwa umat Islam India merupakan suatu bangsa dan oleh karena itu memerlukan satu negara tersendiri tidaklah bertentangan dengan pendiriannya tentang persaudaraan dan persatuan umat Islam. Ia bukanlah seorang nasionalis dalam arti yang sempit. Ia sebenarnya adalah Pan-Islamis. Islam, demikian ia menjelaskan, bukanlah nasionalisme dan bukan pula imperialisme, tetapi liga bangsa-bangsa. Islam dapat menerima batas-batas yang memisahkan satu daerah dari yang lain dan dapat menerima perbedaan bangsa hanya untuk memudahkan soal hubungan antara sesama mereka. Batas dan perbedaan bangsa itu tidak boleh mempersempit ufuk pandangan sosial umat Islam. Bagi Iqbal dunia Islam seluruhnya merupakan satu keluarga dan terdiri atas Republik-republik, dan Pakistan yang akan dibentuk adalah salah satudari republik itu.
Pengaruh Iqbal dalam pembaharuan India ialah menimbulkan paham dinamisme dialagan umat Islam dan menunjukkan jalan yang harus mereka tempuh untuk masa depan agar sebagai umat minoritas dianak benua itu mereka dapat hidup bebas dari tekanan-tekanan dari luar.
0 comments:
Post a Comment