Sobat BookletKu.com - Sekolah sering dijadikan tumpuan utama masyarakat dalam menilai berhasil tidaknya pendidikan. Keberhasilan atau prestasi belajar siswa hanya sering dilihat sebagai kesuksesan dan keunggulan pihak sekolah semata. Sebaliknya, kegagalan atau rendahnya kualitas siswa sering dilihat sebagai ketidakmampuan pihak Sekolah dalam menyelenggarakan proses pendidikan.
Dalam proses pendidikan keberadaan siswa bukan sebagai objek atau barang yang dapat diperlakukan seperti mesin. Siswa adalah subjek pendidikan, yang di dalam dirinya terdapat bakat, minat, kemampuan dan motivasi yang berbeda-beda itulah sebabnya siswa sering kali disebut sebagai makhluk yang unik. Karena semuanya itu menunjukkan karakteristik keunikan siswa yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan. Asumsi dasar tersebut membawa konsekuensi logis, bahwa keberadaan siswa yang unik harus dipertimbangkan dan menjadi dasar dalam menyelenggarakan proses pendidikan.
Tujuan lembaga pendidikan khusunya sekolah adalah mempersiapkan anak didik agar mereka dapat hidup dimasyarakat.Tugas pendidikan disekolah adalah membimbing dan membina serta mengembangkan potensi anak didik yang dibawa sejak lahir agar mereka dapat hidup dimasyarakat yang penuh tantangan. Hal tersebut dapat diwujudkan oleh seorang guru yang dapat memahami anak didik sebagai makhluk yang unik.
Menurut wina sanjaya, pada manusia terdapat keunikan-keunikan yang terjadi pada manusia.
Manusia berbeda dengan makhluk lain, Perbedaan tersebut karena kondisi psikologisnya. Manusia hidup bukan hanya sekedar hidup seperti yang terjadi pada binatang atau tumbuhan. Manusia adalah individu yang memiliki kondisi psikologis yang sangat kompleks. Kondisi psikologis inilah yang kemudian menempatkan manusia sebagai subjek yang berperan aktif di muka bumi, bukan hanya sekedar ada dan hadir, akan tetapi keberadan dan kehadiran manusia adalah keberadaan yang bermakna dan memiliki arti penting dalam menentukan dan meramaikan kehidupan di jagat raya ini.
Baik secara fisiologis ataupun psikologis manusia adalah makhluk yang dinamis, makhluk yang selamanya mengalami perkembangan dan perubahan. Ia berkembang khususnya secara fisik dari mulai ketidak mampuan dan kelemahan yang dalam segala aspek kehidupannya membutuhkan bantuan orang lain, secara perlahan-lahan berkembang menjadi manusia yang mandiri yang mampu melepaskan bantuan orang lain dan pada akhirnya kembali pada posisi semula, yaitu manusia yang lemah.
Setiap perkembangan manusia memliki karakteristik yang berbeda. Manusia ketika baru dilahirkan kedunia manusia adalah makhluk yang lemah dan tak berdaya, ketidak berdayaan manusia sejak lahir mungkin kalah bila dibandingkan dengan binatang. Binatang yang baru lahir sudah mampu berjalan dan sebagainnya, sedangkan manusia yang baru lahir tidak mampu hidup tanpa bantuan orang dewasa, namun dibalik kelemahan dan ketidak keberdayaan manusia tersebut memiliki potensi yang sangat besar yang bila dibandngkan dengan makhluk lain.
Dilihat dari perubahan yang terjadi setiap individu, ada dua perubahan yang terjadi, yakni perubahan pada aspek jasamani atau fisik dan perubahan psikopsikis (rohani). Perbahan fisik adalah perubahan yang berkaitan dengan pertumbuhan terhadap organ-organ tubuh manusia, perubahan ini dibatasi oleh waktu, dengan kata lain bahwa pertumbuhan tersebut akan berhenti apabila telah sampai pada kemantangan fisik.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada material sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuanttatif ini dapat berupa pembesaran atau pertambahn dari tidak ada mejadi ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menadi banyak, dari sempit menjadi luas. Pertumbuhan berhubungan degan perubahan yang terjadi pada aspek jasmani manusia (fisik).
Perkembangan merupakan perubahan fungsi-fungsi (psikopsikis) setiap manusia kearah yang lebih baik dan sempurna. Apaila dilihat dari aspek pertumbuhan dan perkembangannya, ini memiliki konsekuensi kepada perlakuan pendidikan. Pada masa bayi pendidikan yang diberikan oleh orang dewasa lebih banyak memberikan bantuan untuk pertunuhan fisik, misalnya bagaimana agar anak dapat mefungsikan kakinya untuk bejalan ; bagaimana anak agar dapat memfungsikan tangannya untuk memegang; bagaimana anak dapat memfungsikan matanya untuk melihat dan lain sebagainya. Hal ini terus dilakukan sampai anak memiliki kemampuan mengendalikan dan memfungsikan organ tubuhnya.
Menginjak pada masa usia TK proses pendidikan bukan hanya sekedar melatih organ tubuhnya agar befungsi lebih sempurna , akan tetapi juga mengembangkan kemampuan psikologis yang mulai berkembang, misalnya mengembngkan daya cipta, mengembangkan keberanian, dan lain sebagainya melalui permainan-permainan yang menantang serta melaui cerita-cerita khayalan untuk mengembangkan kemampuan imajinasi anak.
Pada masa anak usia SD, dunia khayal anak berubah menuju dunia nyata yang konkret. Semua yang pernah dikhayalkan ia ingin konkretkan, yang berari peran pendidikan bergeser dari memberi bantuan secara fisiologis menjadi pemberian bantuan terhadap mental-psikologis anak. Pada masa ini, peran guru sebagai orang dewasa yang bertugas mengembangkan kemampuan intelektual anak semakin besar. Habis masa berpikir konkret anak berkembang pada kemampuan berpikir abstrak. Segala yang diajarkan tidak lagi perlu dengan menggunakan alat yang hanya berfungsi umtuk mengkonkretkan yang diajarkan.
Mengembangkan kemampuan berpikir melalui pemanfaatan potensi otak, merupakan peran pendidikan pada masa berpikir abstrak. Pada tahapan ini, anak didorong untuk mampu memecahkan masalah secara kritis dan logis serta anak didorong untuk secara aktif berkreasi menemukan gagasan baru melalui proses berpikir kreatif.
Dengan demikian, gurupun harus siap dengan mengembangkan perannya sebagai mitra dialog serta fasilitator yang berperan untuk mempermudah siswa belajar, idealnya pada usia perkembangan ini, anak sudah bisa belajar mandiri; anak sudah memilki tanggung jawab untuk keberhasilannya, sehingga tugas dan peran guru bukan haya sebagai sumber belajar akan tetapi juga sebagai fasilitator dalam belajar.
Dalam proses pendidikan keberadaan siswa bukan sebagai objek atau barang yang dapat diperlakukan seperti mesin. Siswa adalah subjek pendidikan, yang di dalam dirinya terdapat bakat, minat, kemampuan dan motivasi yang berbeda-beda itulah sebabnya siswa sering kali disebut sebagai makhluk yang unik. Karena semuanya itu menunjukkan karakteristik keunikan siswa yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan. Asumsi dasar tersebut membawa konsekuensi logis, bahwa keberadaan siswa yang unik harus dipertimbangkan dan menjadi dasar dalam menyelenggarakan proses pendidikan.
Tujuan lembaga pendidikan khusunya sekolah adalah mempersiapkan anak didik agar mereka dapat hidup dimasyarakat.Tugas pendidikan disekolah adalah membimbing dan membina serta mengembangkan potensi anak didik yang dibawa sejak lahir agar mereka dapat hidup dimasyarakat yang penuh tantangan. Hal tersebut dapat diwujudkan oleh seorang guru yang dapat memahami anak didik sebagai makhluk yang unik.
Menurut wina sanjaya, pada manusia terdapat keunikan-keunikan yang terjadi pada manusia.
Manusia berbeda dengan makhluk lain, Perbedaan tersebut karena kondisi psikologisnya. Manusia hidup bukan hanya sekedar hidup seperti yang terjadi pada binatang atau tumbuhan. Manusia adalah individu yang memiliki kondisi psikologis yang sangat kompleks. Kondisi psikologis inilah yang kemudian menempatkan manusia sebagai subjek yang berperan aktif di muka bumi, bukan hanya sekedar ada dan hadir, akan tetapi keberadan dan kehadiran manusia adalah keberadaan yang bermakna dan memiliki arti penting dalam menentukan dan meramaikan kehidupan di jagat raya ini.
Baik secara fisiologis ataupun psikologis manusia adalah makhluk yang dinamis, makhluk yang selamanya mengalami perkembangan dan perubahan. Ia berkembang khususnya secara fisik dari mulai ketidak mampuan dan kelemahan yang dalam segala aspek kehidupannya membutuhkan bantuan orang lain, secara perlahan-lahan berkembang menjadi manusia yang mandiri yang mampu melepaskan bantuan orang lain dan pada akhirnya kembali pada posisi semula, yaitu manusia yang lemah.
Setiap perkembangan manusia memliki karakteristik yang berbeda. Manusia ketika baru dilahirkan kedunia manusia adalah makhluk yang lemah dan tak berdaya, ketidak berdayaan manusia sejak lahir mungkin kalah bila dibandingkan dengan binatang. Binatang yang baru lahir sudah mampu berjalan dan sebagainnya, sedangkan manusia yang baru lahir tidak mampu hidup tanpa bantuan orang dewasa, namun dibalik kelemahan dan ketidak keberdayaan manusia tersebut memiliki potensi yang sangat besar yang bila dibandngkan dengan makhluk lain.
Dilihat dari perubahan yang terjadi setiap individu, ada dua perubahan yang terjadi, yakni perubahan pada aspek jasamani atau fisik dan perubahan psikopsikis (rohani). Perbahan fisik adalah perubahan yang berkaitan dengan pertumbuhan terhadap organ-organ tubuh manusia, perubahan ini dibatasi oleh waktu, dengan kata lain bahwa pertumbuhan tersebut akan berhenti apabila telah sampai pada kemantangan fisik.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif pada material sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuanttatif ini dapat berupa pembesaran atau pertambahn dari tidak ada mejadi ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menadi banyak, dari sempit menjadi luas. Pertumbuhan berhubungan degan perubahan yang terjadi pada aspek jasmani manusia (fisik).
Perkembangan merupakan perubahan fungsi-fungsi (psikopsikis) setiap manusia kearah yang lebih baik dan sempurna. Apaila dilihat dari aspek pertumbuhan dan perkembangannya, ini memiliki konsekuensi kepada perlakuan pendidikan. Pada masa bayi pendidikan yang diberikan oleh orang dewasa lebih banyak memberikan bantuan untuk pertunuhan fisik, misalnya bagaimana agar anak dapat mefungsikan kakinya untuk bejalan ; bagaimana anak agar dapat memfungsikan tangannya untuk memegang; bagaimana anak dapat memfungsikan matanya untuk melihat dan lain sebagainya. Hal ini terus dilakukan sampai anak memiliki kemampuan mengendalikan dan memfungsikan organ tubuhnya.
Menginjak pada masa usia TK proses pendidikan bukan hanya sekedar melatih organ tubuhnya agar befungsi lebih sempurna , akan tetapi juga mengembangkan kemampuan psikologis yang mulai berkembang, misalnya mengembngkan daya cipta, mengembangkan keberanian, dan lain sebagainya melalui permainan-permainan yang menantang serta melaui cerita-cerita khayalan untuk mengembangkan kemampuan imajinasi anak.
Pada masa anak usia SD, dunia khayal anak berubah menuju dunia nyata yang konkret. Semua yang pernah dikhayalkan ia ingin konkretkan, yang berari peran pendidikan bergeser dari memberi bantuan secara fisiologis menjadi pemberian bantuan terhadap mental-psikologis anak. Pada masa ini, peran guru sebagai orang dewasa yang bertugas mengembangkan kemampuan intelektual anak semakin besar. Habis masa berpikir konkret anak berkembang pada kemampuan berpikir abstrak. Segala yang diajarkan tidak lagi perlu dengan menggunakan alat yang hanya berfungsi umtuk mengkonkretkan yang diajarkan.
Mengembangkan kemampuan berpikir melalui pemanfaatan potensi otak, merupakan peran pendidikan pada masa berpikir abstrak. Pada tahapan ini, anak didorong untuk mampu memecahkan masalah secara kritis dan logis serta anak didorong untuk secara aktif berkreasi menemukan gagasan baru melalui proses berpikir kreatif.
Dengan demikian, gurupun harus siap dengan mengembangkan perannya sebagai mitra dialog serta fasilitator yang berperan untuk mempermudah siswa belajar, idealnya pada usia perkembangan ini, anak sudah bisa belajar mandiri; anak sudah memilki tanggung jawab untuk keberhasilannya, sehingga tugas dan peran guru bukan haya sebagai sumber belajar akan tetapi juga sebagai fasilitator dalam belajar.
0 comments:
Post a Comment