Sobat BookletKu.com - Dalam kawasan evaluasi terdapat empat sub domain, yaitu: analisis masalah, pengukuran beracuan kriteria, evaluasi formatif, dan evaluasi sumatif. Masing-masing sub domain iu dibahas sebagai berikut.
Analisis Masalah
Analisis masalah (problem analysis) melibatkan penentuan sifat dan parameter masalah dengan menggunakan strategi pemerolehan informasi dan strategi pembuatan keputusan. Para evaluator telah lama beragumentasi bahwa evaluasi yang cermat akan dimulai pada saat program masih dalam tahap dikonseptualisasi dan direncanakan. Kendati pun hal itu dilontarkan oleh para pendukungnya, program yang memfokuskan pada tujuan yang tidak dapat diterima akan dinilai sebagai program yang tidak berhasil dalam memenuhi kebutuhan.
Dengan demikian, upaya evaluasi meliputi identifikasi kebutuhan, penentuan masalah menurut sifatnya, identifikasi kendala sumber dan karakteristik pembelajaran, dan penentuan tujuan dan prioritas. Kebutuhan didefinisikan sebagai “kesenjangan antara apa yang ada dan apa yang seharusnya ada dalam bentuk hasil”, dan penilaian kebutuhan merupakan studi sistemastis mengenai kebutuhan ini. Perbedaan penting harus diberikan di sini. Penilaian kebutuhan tidak dilakukan untuk mencapai evaluasi yang dapat dipertahankan seiring kemajuan proyek. Tetapi, evaluasi dilakukan dengan tujuan agar perencanaan program itu menjadi lebih sesuai.
Pengukuran Acuan Patokan
Pengukuran acuan patokan meliputi teknik-teknik untuk menetukan kemampuan pembelajaran menguasai materi yang telah ditentukan sebelumnya. Penilaian acuan patokan memberikan informasi tentang penguasaan seseorang mengenai pengetahuan, sikap, atau keterampilan yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Keberhasilan dalam tes acuan patokan berarti dapat melaksanakan ketentuan tertentu, biasanya ditentukan dan mereka yang dapat mencapai atau melampaui skor minimal tersebut dinyatakan lulus. Pengukuran acuan patokan memberitahukan pada para siswa seberapa jauh mereka dapat mencapai standar yang ditentukan.
Penilaian Formatif
Penilaian formatif dan sumatif ini berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan penggunaan informasi sebagai dasar pengembangan selanjutnya.
Penilaian formatif dilaksanakan pada waktu pengembangan atau perbaikan program, produk, orang dan sebagainya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan staf dalam lembaga program biasanya bersifat intern; akan tetapi penilaian ini dapat dilaksanakan oleh evaluator dalam, luar, atau (lebih banyak lagi) kombinasi keduanya. Perbedaan antara formatif dan submatif telah dirangkum dengan baik dalam sebuah kiasan dari Bob Stake “Apakah juru masak mencicipi sup, hal tersebut formatif, apabila para tamu mencicipi sub tersebut, hal tersebut sumatif”
Penilaian Sumatif
Dengan penilaian sumatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk pengambilan keputusan dalam hal pemanfaatan.
Penilaian sumatif dilaksanakan setelah selesai dan bagi kepentingan pihak luar atau para pengembil keputusan, sebagai contoh lembaga penyandang dana atau calon pengguna, walaupun hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik oleh evaluator dalam (intern evaluator) atau gabungan. Untuk alasan kredibilitas, lebih baik evaluator luar (ekstern evaluator) dilibatkan daripada sekedar merupakan penlaian formatif. Hendaknya jangan dikacaukan dengan penilaian hasil (outcome) yang sekedar menilai hasil, bukannya proses hal tersebut dapat berupa baik formatif maupun sumatif.
Metode yang digunakan dalam penilaian formatif berbeda dengan penilaian sumatif. Penilaian formatif mengandalkan pada kajian teknis dan tutorial, uji coba adalam kelompok kecil atau besar. Metode pengumpulan data sering bersifat informal, seperti observasi, wawancara, dan tes ringkas. Sebaliknya, penilaian sumatif memerlukan prosedur dan metode menggunakan studi kelompok komparatif dalam desain kuasi eksperimental.
Tujuan utama evaluasi adalah untuk mengatahui sampai sejauh mana peserta didik telah menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, serta mendignosis kesulitan belajar peserta didik. Adapun tujuan evaluasi hasil belajar adalah: 1) untuk mengetahui pencapaian indikator atau kompetensi yang telah ditetapkan; 2) memperoleh umpan balik bagi guru unruk mengetahui hamabatan yang terjadi dalam pembelajaran maupun efetivitas pembelajaran; 3) memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan peserta didik; dan 4) sebagai acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut (remedial, pengayaan, dan pemantapan).
Proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, melainkan digunakan untuk membuat keputusan. Dengan demikian, evaluasi merupakan suatu proses yang dilakukan secara sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi guna menentukan sejauh mana tujuan tercapai. Dapat dikatakan evaluasi merupakan suatu bagian integral dari proses pendidikan. Dalam dunia pendidikan, evaluasi dilakukan secara terus-menerus sehingga di dalam proses kegiatannya dimungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan adanya sesuatu kekurangan atau kesalahan.
Analisis masalah (problem analysis) melibatkan penentuan sifat dan parameter masalah dengan menggunakan strategi pemerolehan informasi dan strategi pembuatan keputusan. Para evaluator telah lama beragumentasi bahwa evaluasi yang cermat akan dimulai pada saat program masih dalam tahap dikonseptualisasi dan direncanakan. Kendati pun hal itu dilontarkan oleh para pendukungnya, program yang memfokuskan pada tujuan yang tidak dapat diterima akan dinilai sebagai program yang tidak berhasil dalam memenuhi kebutuhan.
Dengan demikian, upaya evaluasi meliputi identifikasi kebutuhan, penentuan masalah menurut sifatnya, identifikasi kendala sumber dan karakteristik pembelajaran, dan penentuan tujuan dan prioritas. Kebutuhan didefinisikan sebagai “kesenjangan antara apa yang ada dan apa yang seharusnya ada dalam bentuk hasil”, dan penilaian kebutuhan merupakan studi sistemastis mengenai kebutuhan ini. Perbedaan penting harus diberikan di sini. Penilaian kebutuhan tidak dilakukan untuk mencapai evaluasi yang dapat dipertahankan seiring kemajuan proyek. Tetapi, evaluasi dilakukan dengan tujuan agar perencanaan program itu menjadi lebih sesuai.
Pengukuran Acuan Patokan
Pengukuran acuan patokan meliputi teknik-teknik untuk menetukan kemampuan pembelajaran menguasai materi yang telah ditentukan sebelumnya. Penilaian acuan patokan memberikan informasi tentang penguasaan seseorang mengenai pengetahuan, sikap, atau keterampilan yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Keberhasilan dalam tes acuan patokan berarti dapat melaksanakan ketentuan tertentu, biasanya ditentukan dan mereka yang dapat mencapai atau melampaui skor minimal tersebut dinyatakan lulus. Pengukuran acuan patokan memberitahukan pada para siswa seberapa jauh mereka dapat mencapai standar yang ditentukan.
Penilaian Formatif
Penilaian formatif dan sumatif ini berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan penggunaan informasi sebagai dasar pengembangan selanjutnya.
Penilaian formatif dilaksanakan pada waktu pengembangan atau perbaikan program, produk, orang dan sebagainya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan staf dalam lembaga program biasanya bersifat intern; akan tetapi penilaian ini dapat dilaksanakan oleh evaluator dalam, luar, atau (lebih banyak lagi) kombinasi keduanya. Perbedaan antara formatif dan submatif telah dirangkum dengan baik dalam sebuah kiasan dari Bob Stake “Apakah juru masak mencicipi sup, hal tersebut formatif, apabila para tamu mencicipi sub tersebut, hal tersebut sumatif”
Penilaian Sumatif
Dengan penilaian sumatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk pengambilan keputusan dalam hal pemanfaatan.
Penilaian sumatif dilaksanakan setelah selesai dan bagi kepentingan pihak luar atau para pengembil keputusan, sebagai contoh lembaga penyandang dana atau calon pengguna, walaupun hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik oleh evaluator dalam (intern evaluator) atau gabungan. Untuk alasan kredibilitas, lebih baik evaluator luar (ekstern evaluator) dilibatkan daripada sekedar merupakan penlaian formatif. Hendaknya jangan dikacaukan dengan penilaian hasil (outcome) yang sekedar menilai hasil, bukannya proses hal tersebut dapat berupa baik formatif maupun sumatif.
Metode yang digunakan dalam penilaian formatif berbeda dengan penilaian sumatif. Penilaian formatif mengandalkan pada kajian teknis dan tutorial, uji coba adalam kelompok kecil atau besar. Metode pengumpulan data sering bersifat informal, seperti observasi, wawancara, dan tes ringkas. Sebaliknya, penilaian sumatif memerlukan prosedur dan metode menggunakan studi kelompok komparatif dalam desain kuasi eksperimental.
Tujuan utama evaluasi adalah untuk mengatahui sampai sejauh mana peserta didik telah menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, serta mendignosis kesulitan belajar peserta didik. Adapun tujuan evaluasi hasil belajar adalah: 1) untuk mengetahui pencapaian indikator atau kompetensi yang telah ditetapkan; 2) memperoleh umpan balik bagi guru unruk mengetahui hamabatan yang terjadi dalam pembelajaran maupun efetivitas pembelajaran; 3) memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan peserta didik; dan 4) sebagai acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut (remedial, pengayaan, dan pemantapan).
Proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, melainkan digunakan untuk membuat keputusan. Dengan demikian, evaluasi merupakan suatu proses yang dilakukan secara sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi guna menentukan sejauh mana tujuan tercapai. Dapat dikatakan evaluasi merupakan suatu bagian integral dari proses pendidikan. Dalam dunia pendidikan, evaluasi dilakukan secara terus-menerus sehingga di dalam proses kegiatannya dimungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan adanya sesuatu kekurangan atau kesalahan.
0 comments:
Post a Comment