www.onefashion01.com

GROSIR FASHION ONLINE MURAH DAN TERBESAR DI INDONESIA

Sejarah Perkembangan Agama Hindu

Posted by

Sobat Bookletku - Agama Hindu merupakan suatu fase perkembangan agama di India yang berkembang dan dikenal sekarang ini. Agama ini dapat dikatakan suatu hasil evolusi dari agama yang dibawa oleh bangsa Aria dengan peradaban bangsa  Dravida yang dalam perkembangannya mengalami beberapa proses, yaitu proses agama Weda, berkembang menjadi agama Brahma dan selanjutnya menjelma menjadi agama Hindu seperti yang dikenal sekarang ini, ada juga yang menamainya dengan masa agama Upanishad.  Karena itu dalam perjalanan sejarah agama Hindu dapat dibagi menjadi:

Periode Agama Weda
Periode ini diperkirakan berkembang sejak masuknya bangsa Aria ke India sampai tahun 1.500 SM.
Pada zaman ini hidup keagamaan orang Hindu didasarkan atas kitab-kitab yang disebut: Weda Samhita, yang berarti pengumpulan Weda. Kata “Weda” berasal dari “Wid” = tahu. Menurut tradisi Hindu kitab-kitab ini ialah buah ciptaan dewa Brahma sendiri. Isinya diwahyukan oleh dewa Brahma kepada para pendeta dalam bentuk mantera-mantera, yang kemudian disusun sebagai puji-pujian oleh para resi sebagai pernyataan rasa hatinya. Pada waktu bangsa Arya memasuki India mereka telah mempunyai kitab Weda tersebut. Mantera-mantera tadi disusun lalau dibukukan menjadi 4 bagian atau samhita (pengumpulan). Keempat samhita tersebut ialah:
  • Rig Weda, berisi mantera-mantera dalam bentuk nyanyian digunakan untuk mengundang para dewa agar hadir pada upacara-upacara korban yang dipersembahkan kepada mereka (dewa-dewa). Imam-imam atau pendeta yang mengajukan pujian ini disebut: Hotr.
  • Sama Weda, Hampir sama dengan Rig Weda, hanya di beri “sama’ atau lagu. Imam atau pendeta yang menyanyikannya di sebut Udgatr.
  • Yajur Weda, berisi Yajur atau rapal. Rapal tersebut dipakai untuk mengubah korban menjadi makanan para dewa. Pendeta atau imamnya disebut: Adwaryu.
  • Atharwa Weda,  berisi mantera-mantera khusus untuk untuk menyembuhkan orsng sakit, mengusir roh jahat dan sebagainya. Dipimpin oleh Atharwan (golongan pendeta tersendiri)
Isi  kitab Weda pada umumnya mengenai ritus (upacara-upacara keagamaan) terutama soal korban. Bermacam-macam cara korban diuraikan di dalamnya dan yang paling terpenting ialah korban yang menggunakan air soma (semacam minuman yang penyelenggaraannya memerlukan banyak tenaga dan biaya). Korban-korban itu dipersembahkan kepada dewa-dewa yang pada hakikatnya merupakan personifikasi dari kekuatan-kekuatan alam yang dahsyat atau yang menakutkan seperti dewa Agni (api), surya (matahari), Vayu (angin), Maruta (lautan), Pertiwi (bumi), Indra (perang), Waruna (langit), Rud (perusak), dan lain-lainnya. Kitab Weda hanya boleh dipelajari oleh golongan Brahmana, kesatria, dan waisya. Sedangkan bagi golongan lain tidak diperkenankan membacanta. Kitab Weda ditulis dalam bahasa sansakerta. 

Periode Agama Brahma
Agama Brahma bersumber kepada kitab Brahmana, yaitu bagian kitab Weda yang ke 2. Kitab-kitab ini ditulis oleh para imam atau Brahmana dalam bentuk prosa. Isinya member keterangan tentang korban. Hal ini disebabkan krena zaman ini adalah suatu zaman yang memusatkan keaktifan rohaninya kepada korban. Oleh karena itu kitab-kitab ini menguraikan upacara-upacara korban, membicarakan nilainya serta mencoba mencari asal usul korban. Pada zaman Brahmana ini memang timbul perubahan-perubahan suasana. Ciri-ciri zaman ini adalah:
  • Korban mendapat tekanan yang berat.
  • Para imam (Brahmana) menjadi golongan yang paling berkuasa.
  • Perkembangan kasta dan asrama
  • Dewa-dewa berubah perangainya.
  • Timbulnya kitab-kitab sutra.
Masalah korbanPada zaman weda purba korban masih menjadi alat untuk mempengaruhi para dewa, agar mereka berkenan menolong manusia. Namun pada zaman itu juga sudah tampak gejala-gejala magi, yaitu bahwa korban dipanang sebagai alat untuk memaksa para dewa menolong manusia. Jado sebenarnya korban itu sendiri sudah dipandang sebaai memiliki daya magis, yang lebih kuasa daripada dewa.
Demikian besar fungsi korban menjadi alat untuk memperoleh kekuasaan atas dunia sekarang dan akhirat, atas yang tampak dan yang tak tampak, atas yang bernyawa dan yang tak bernyawa. Barangsiapa pu dapat berhasil memperoleh daya itu, ialah Tuhan dunia. Bahkan dikatakan bahwa penciptaan dunia itu hasil dari adanya korban yang dilakukan oleh dewa yang tertinggi, yaitu prajapati  atau brahma. Bahkan lebih dari itu, korban dilepaskan dari dewa-dewa, dijadikan suatu daya atau kasekten yang berdiri sendiri, yang senantiasa berada di mana-mana yang dapat dipergunakan sebagai jembatan manusia menuju ke bahagian.  

KastaAgama Brahman mengenal adanya kasta-kasta, yaitu kasta Brahmana (pendeta), Ksatria (pemegang tampuk pemerintahan), Waisya (pekerja), dan Sudra (rakyat biasa). Tentang riwayat bagaimana system kasta ini muncul, masih merupakan masalah yang paling rumit dan membingungkan.
Menurut Bleeker, system ini berpangkat pada keempat golongan tua dari suku Arya, yaitu golongan pendeta (Brahmana), golongan perwira (Ksatria), golongan pedangang atau petani (Waisya) dan golongan buruh atau budak (Sudra).
Dalam kitab Rigweda disebutkan bahwa kasta-kasta itu timbul dari anggota tubuh Purusa, pencipta dunia. Dikatakan bahwa ada suatu makhluk azali yang besar, laki-laki yang disebut purusa. Menurut Honig, makhluk ini memiliki seribu kepala, mata dan kakinya  menutupi bumi, bahkan maih menonjol sepuluh dim. Purusa adalah adalah segala yang ada dan yang yang tak ada, dan disebut sebagai dewa yang tidak dapat mati. Seperempat badannya adalah makhluk yang makan dan tidak makan, dan tiga perempat lainnya merupakan makhluk abadi di langit. Para dewa melakukan  persembahan korban dengan purusa ini. Ketika di potong-potong, mulutnya menjadi Brahmana, lengannya menjadi Ksatria, pahanya menjadi Waisya, dan dari kakinya muncul Sudra. Matanya menjadi matahari, nafasnya menjadi angin, dari pusatnya keluar ruang langit, dari telinganya terjadi mata angin dan seterusnya.
Syari’at manu telah menguraikan tugas tiap-tiap golongan sebagaimana berikut: “ tiap-tiap golongan dari kasta-kasta masyarakat Hindu mempunyai tugas dan kewajibannya. Seorang Brahman bertugas menuntut ilmu dan mengajar, member petunjuk kepada manusia mengenai agama mereka; dialah guru, ketua agama dan juga pengadil. Ksatriya pula tugasnya ialah belajar dan memberikan korban-korban, mengeluarkan sedekah-sedekah, memikul senjata karena mempertahankan tanah air dan bangsa. Vaishya hendaklah bertani, berniaga, mengumpulkan harta benda dan membelanjakannya untuk keperluan gedung-gedung ilmu pengetahuan dan agama. Tugas Shudrs pula ialah membuat khidmat untuk kepentingan ketiga golongan yang mulia itu
Kewajiban tiap-tiap atau kasta golongan: Golongan Brahman berkewajiban mempelajari kitab-kitab Veda dan mengajar kaumnya, juga memberkati pemberian-pemberian korban. Golongan ksatriya berkewajiban untuk menjadi pemimpin-pemimpin tentera atau raja-raja atau menjadi pengadil bagi manusia semua. Golongan vaishya berkewajiban untuk memberikan perhatian yang sungguh terhadap kerjanya, dan senantiasa membela binatang ternak. Dan golongan sudra berkewajiban untuk mematuhi perintah-perintah golongsn Brahman yang menjadi tuan Rumah, yang arif tentang kitab-kitab suci Dn terkenal dengan sifat-sifat yang mulia. Dengan pematuhan ini diharapakan ia diberi kebahagian sesudah matinya dengan suatu penghidupan baru yang lebih tinggi lagi.  

AsramaAsrama adalah tingkatan hidup. Dalam agama Brahmana disebutkan adanya empat tingkatan hidup yang harus diakui oleh setiap orang penganut agama tersebut. sebelum memasuki keempat tingkatan tersebut setiap orang harus lebih dahulu melakukan upacara upanayana, yaitu upacara menjadikan seseorang anak menjadi dwija dan resmi sebagai anggota kasta, serta siap memasuki tingkatan hidup. Tingkatan hidup manusia secara tahap demi tahap harus dilalui disebut Catur Asrama, yang terdiri dari:
  1. Brahmacari, yaitu masa anak-anak, masa musa atau masa belajar. Brahmacaratam iti Brahmacari, artinya seseorang yang berkecimpung dalam dunia pengetahuan disebut seorang Brahmacari. Pada tahapan ini, ajaran Dharma betul-betul menjadi perhatian, sebagai dasar meniti hidup selanjutnya.
  2. Grihastha, yaitu masa berumah tangga setelah menamatkan pendidikan Brahmacari. Pada masa ini, Artha dan kama menjadi tuntutan hidup, tetapi memperolehnya hendaknya tetap berdasarkan Dharma. Seorang  Grithastha hendaknya tetap berdasarkn Dharma. Seorang  Grithastha wajib melaksanakan  Yadnya, demi mewujudkan kesejahteraan diri dan masyarakat lingkungannya.
  3. Wanaprastha, yaitu mulai mengurangi ikatan indera pada diri seseorang. Pada zaman duhulu seseorang yang telah lanjut usianya mengasingkan diri dari kehidupan duniawi pergi dan tinggal di hutan.
  4. Samnyasa, yaitu masa melepaskan diri dari ikatan duniawi dan mempersiapkan diri untuk mencapai moksa atau kelepasan memberikan pendidikan/pelajaran kepada para pengikitnya.
Periode Agama Hindu/Upanishad
Dengan adanya “catur asrama” itu, terutama Vanaprastha dan Sanyasin menyebabkan mereka sempat mempelajari Weda dengan mendalam sehingga dapat menghasilkan kitab-kitab yang berisi renungan-renungan yang bersifat filosofis, kitab-kitab  yang dikarang pada waktu mereka mengasingkan diri di hutan itu dinamakan kitab-kitab Aranyaka (kitab-kitab rimba). Dia antara kitab-kitab tersebut yang diakui tinggi mutunya sebagai kitab filsafat Hindu adalah Upanishad (up, ni =di dekat; shad = duduk). Jadi Upanishad artinya: duduk bersimpuh di dekat gurnya untuk mendengarkan wejangan-wejngan yang bersifat rahasia (khusus). Upanishad terutama mengandung ajaran-ajaran filosofis tentang hakikat atma (atmawidya). Jadi titik beratnya adalah ontology. Didalamnya diuraikan tentang hubungan antara Brahman dan Atman.


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Demo Blog NJW V2 Updated at: 17:35

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.